BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, 30 November 2009

PERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

PERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM


Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Muchtar). Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan terganggunya keseimbangangan elektrolit (Prof.Ida Bagus,Gde Manuaba DSOG ,2000 )


Mual dan muntah biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul stiap saat bahkan malam hari. Gejala-gejala ini timbul kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Faktor penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, frekuensi kejadian adalah per 1000 kehamilan. Berikut ini ada beberapa factor predisposisi dalam hiperemesis gravidarum :

· Faktor adaptasi dan hormonal : pada waktu hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis.Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, wanita anemia, diabetes dan khamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.

· Faktor alergi dan organic : karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat khamilan serta retitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.

· Faktor psikologis : seperti rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggganan menjadi hamil atau pelarian kesukaan hidup.


Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada trimester 1, bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang, natrium darah dan klorida darah turun.selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonentrasi, sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan berkurang pula tertimbunya zat metabolic yang toksik.menurut berat ringannya gejala dibagi menjadi 3 tingkatan :

* Tingkatan I (ringan ): mual muntah terus menerus yang memepengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, merasa nyeri pada epigastrium, nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah menuru, turgor kulit berkurang,lidah mongering, mata cekung.

* Tingkatan II (sedang) : penderita tampak lebih lemah dan apatis, turrgor kulit mulai jelek, lidah mongering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat,suhu badan naik, mata mulai ikterik, berat badan menurun dan mata cekung, tensi turun,hemokonsenrtasi, oliguri, konstipasi,aseto tercium dari hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.

* Tingkat III (berat) : keadaan umum lebih parah ( kesadaran menurun dari somnolen sampai koma ), dehidrasi hebat, nadi kecil,cepat dan halus, suu badan meningkat dan tensi menurun,terjadi komplikasi fatal pada susunan saraf yang dikenal

dengan anselopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia,dan penuruna mental, timbul ikterus yang menunjukan adanya payah hati.

P

erawatan hiperemesis gravidarum pada tingkat I dapat dilakukan dirumah karena masih tergolong ringan, sedangkan perawatan hiperemesis gravidarum pada tingkatan II dan III perlu perawatan yang lebih intensif yaitu rawat inap dirumah sakit.terapinya adalah sebagai berikut :

1. Isolasi : penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran idara baik, jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar masuk. Isolasi ini kadang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan.

2. terapi psikologis : berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar, normal dan fisiologik. Jadi tidak perlu takut dan khawatir, yakinkan penderita bahwa pnyakit dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini.

3. terapi cairan parenteral : Berikan cairan parenteral yang cukup elekteroit, karbohidrat dan protein dengan glukosa % dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin khususnyavitamin B kompleks dan vitamin C bila ada kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intra Vena.

4. terapi obat : memberikan obat pada hiperemesis gravidarumsebaiknya berkomunikasi dengan dokter,sehingga dapat dipilih obat yang tidak bersifat teratogenik (susunan obat) yang dapat diberikan adalah sedative ringan (phenobarhal/luminal 30 mgr, valium). anti alergi (medramer), daramamin,avemim), obat anti mual muntah(mediamer B6, emetrole, stimetil,avopreg ) semua yang disebutkan tersebut harus dengan resep dokter. Vitamin( vitamin B kompleks, vitamin C ).

5. menghentikan kehamilan : pada sebagian kecil kasus, keadaan tidak menjad baik bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk, delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus,anuria, dan perdarahan merupakan monifestasi komplikasi organic dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamialn. Keputusan untuk melakukan abortus terapetik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat tetapi pihak medis tidak boleh menunggu sampai menjadi irreversible pada organ vital.


Dalam pemberian makanan dan minuman sebaiknya diberi jarak. Dan diberi diet khusus yaitu dengan penekanan pemberian karbohidrat kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goring-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Diet hiperemesis gravidarum memilikibeberapa syarat diantaranya dalah: karbohidrat tinggi yaitu 75-80 %, dari kebutuhan energi

total, rendah lemak yaitu 10% dari kebutuhan,protein sedang yaitu 10-15 % dari kebutuhan, makanan diberikan dalam bentuk kering, mudah dicerna, tidak merangsang pencernaan, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien yaitu 7-10 gelas per hari, pemberian dioptimalakan pada makan malam dan selingan malam makanan secara berangsur ditingkatakan dalm porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi penderita tersbut.

v Diet heperemesis I (untuk hipergrav berat) : makanan terdiri dari roti kering, singkong atau baker atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1 – 2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu kama.

v Diet hiperemesis II diberikan jika mual muntah sudah berjurang. Diet diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi, minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan .makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecualikebutuhan energi.

v Diet hiperemesis III (untuk hipergrav ringan ).diet diberikan sesuai dengan kesangguan pasien, dan minman boleh diberikan bersama dengan makanan.makanan yang mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.

Dianjurkan untuk hiperemesis gravidarum seperti roti panggang, biscuit, buah segar dan sari buah.sedangkan makanan dan yang tidak dianjurakan seperti minuman botol ringan (coca cola, fanta, limun dll), sirop, kaldu tak berlemak, makanan yang berbumbu tajam, teh dan kopi encer, makanan yang mengandung zat tambahan ( pengawet, pewarna, dan baha penyedap).


Pencegahan untuk hiperemesis : memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hiang setelah kehamilan berumur 4 bulan, ibu dianjurakan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering, waktu bangun pagi jangan seger abangun dari tempat tidur,tetapi dianjurkan untuk makan roti kering atau biscuit dengan the hangat, makan makanan dan minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin, dan usahakan defekasi teratur.

Askeb Abortus inkompletus

Abortus masih sulit untuk diketahui frekuensinya, karena banyak yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi, juga karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai haid terlambat.

Untuk itu pelayanan dan penanganan abortus lebih ditingkatkan dan bisa terlaporkan dengan baik, mengingat abortus juga termasuk penyebab kematian ibu. Diperkirakan frekuensi abortus spontan berkisar 10 – 15 % ( Sarwono edisi 3; cetakan ke 4; 1997; 302 ).

1. Definisi
1. Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar. (obstetri patologi dan ginekologi, FK UNPAD)
2. Pengeluaran produk konsepsi secara spontan sebelum minggu ke 24 kehamilan (lebih sering terjadi antara minggu ke 8-12, lebih jarang trimester II karena mungkin etiologinya berbeda). Dr. M. Hakim, Phd, keadaan darurat ginekologi umum
3. Pengeluaran buah kehamilan pada waktu janin demikian kecilnya, sehingga tidak dapat hidup terus. Seto Martohu Sodo, kompedium patologi kebidanan UNPAD.

2. Etiologi
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, faktor-faktornya :
1) Kelainan kromosom, misal: trisomi, poliploidi dan kelainan kromosom seks
2) Lingkungan di dalam shim kurang baik
3) Pengaruh dari luar (radiasi, virus, obat-obatan)
b. Kelainan pada placenta
Misal: kelaman arteri pada hipertensi kronis ¬¬¬¬¬¬oksigenasi placenta. terganggu timbul gangguan pertumbuhan mengakibatkan janin mati.
c. Penyakit ibu (tifus abdominalis, pneumonia, pielonefritis, malaria)
d. Kelainan traktus genitalis (mioma uteri, retroversio uteri, kelainan bawaan uterus)
3. Patologi
Etiologi (misal: kelainan placenta pads kasus hipertensi kronis yang terdapat kelainan arteri) terjadi perdarahan.

Askeb Akseptor KB suntik Cycoflem

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinana ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, sejahtera (Wiyono, 1997).
Berbagai macam alat kontrasepsi yang disuguhkan kepada para akseptor KB antara lain suntikan, alamiah, AKDR, implant, kontrasepsi mantab (MOP dan MOW) dan pil KB.
Dari semua kunjungan akseptor KB. KB suntik kombinasi memiliki kontrasepsi sekitar pada 1 bulan terakhir ini. Oleh karena itu akan ditulis asuhan kebidanan pada Ny. “I” akseptor KB suntik kombinasi.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan pada klien akseptor KB suntik kombinasi dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Dapat melakukan pengkajian pada akseptor KB suntik kombinasi.
1.2.2.2 Dapat menetapkan diagnosa dan masalah dari hasil pengkajian.
1.2.2.3 Dapat menetapkan tindakan segera.
1.2.2.4 Dapat menetapkan diagnosa potensial.
1.2.2.5 Dapat merencanakan asuhan kebidanan pada akseptor suntik kombinasi.
1.2.2.6 Dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah disusun.
1.2.2.7 Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan.
1.3 PELAKSANAAN
Asuhan kebidanan ini disusun pada saat prektik klinik di BPS ……….. Surabaya pada tanggal ………………..

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan studi kasus ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Pelaksanaan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KB
2.2 Konsep dasar Asuhan Kebidanan pada akseptor KB suntik kombinasi
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Diagnosa dan Masalah
3.3 Diagnosa Potensial
3.4 Tindakan Segera
3.5 Planning
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi
BAB 4 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KB
2.1.1 Pengertian
Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinana ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, sejahtera (Wiyono, 1997).

2.1.2 Tujuan KB
2.1.2.1 Tujuan Demografis
Yaitu dapat dikendalikannya tingkat pertumbuhan penduduk sebagai patokan dalam usaha mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan suatu target demografi berupa penurunan angka fertilitas dari 44 permil pada tahun 1971 menjadi 22 permil pada tahun 1990.
2.1.2.2 Tujuan Normatif
Yaitu dapat dihayati norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang pada waktunya akan menjadi falsafah hidup masyarakat Indonesia (Mochtar, 1998).

2.1.3 Sasaran KB
2.1.3.1 Sasaran Langsung
Yaitu pasangan usia subur (PUS) agar mereka menjadi peserta keluarga berencana lestari sehingga memberikan efek langsung pada penurunan fertilitas.
2.1.3.2 Sasaran Tidak Langsung
Yaitu organisasi-organisasi kemasyarakatan, instansi pemerintahan maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (Wanita dan Pemuda) yang diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap proses pembentukan sistem keluarga kecil bahagia sejahtera (Mochtar, 1998).

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi
2.1.4.1 Faktor-faktor Motivasi dan Rehabilitasi
1. Umur
2. Gaya hidup
3. Frekuensi senggama
4. Jumlah keluarga yang diinginkan
5. Pengalaman kontrasepsi yang lalu
6. Sikap kewanitaan dan kepriaan
2.1.4.2 Faktor kesehatan, kontraindikasi, absolut dan relatif
1. Riwayat haid
2. Efek samping minor
3. Komplikasi-komplikasi yang potensial
4. Pemeriksaan flek dan panggul
2.1.4.3 Faktor metode kontrasepsi penerimaan dan pemakaian berkesinambungan
1. Efektivitas
2. Efek samping minor
3. Komplikasi-komplikasi yang potensial
4. Kerugian
5. Biaya

2.1.5 Syarat Metode Kontrasepsi Yang Baik
2.1.5.1 Aman dan tidak berbahaya
2.1.5.2 Dapat diandalkan
2.1.5.3 Sederhana
2.1.5.4 Murah
2.1.5.5 Dapat diterima orang banyak
2.1.5.6 Pemakaian jangka panjang (Hartono, 1994)
2.1.6 Macam-Macam Metode Kontrasepsi
2.1.6.1 Metode Sederhana
Terdiri dari 2 macam yaitu dengan alat seperti kondom pria, kondum wanita, diafragma, servical cap, dan tanpa alat seperti metode alami, coitus interuptus.
2.1.6.2 Metode Modern
Terdiri atas kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, KB suntik, implant, AKDR/IUD, kontrasepsi mantab, seperti MOW dan MOP.

2.1.7 KB Suntik Kombinasi
2.1.7.1 Pengertian
Adalah 25 mg deponaroxi progesteron acetat dan 1 mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi 1 M sebutan seklai (cyclofem) dan 50 mg nereticinicon enafat dan 5 mg estradiol valenat yang diberikan injeksi 1 M sebutan sekali (Saifuddin, 2003).
2.1.7.2 Efektivitas
Sangat efektif (0.1 – 0.4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun pertama penggunaan (Saifuddin, 2003).
2.1.7.3 Mekanisme
1. Menekan ovulasi
2. Membuat lendir menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.
3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implementasi terganggu.
4. Penghambatan transportasi gamet oleh tuba
(Saifuddin, 2003).

2.1.7.4 Keuntungan
1. Risiko terhadap kesehatan kecil
2. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
3. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
4. Jangka panjang
5. Efek samping sangat kecil
6. Klien tidak menyimpan obat suntik
7. Mengurangi jumlah perdarahan
8. Mengurangi nyeri pada saat haid
9. Mencegah anemia (Saifuddin, 2003)
2.1.7.5 Kerugian
1. Terjadi perubahan pada haid
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan seperti hilang setelah suntikan kedua dan ketiga.
3. Ketergantungan klien terhadap petugas kesehatan.
4. Penambahan berat badan.
5. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian (Saifuddin, 2003)
2.1.7.6 Indikasi
1. Usia reproduksi
2. Setelah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak
3. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi
4. Mengyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
5. Pasca persalinan dan tidak menyusui
6. Anemia
7. Nyeri haid hebat
8. Haid teratur
9. Riwayat kehamilan ektopik
10. Sering lelah menggunakan pil kontrasepsi
2.1.7.7 Kontraindikasi
1. Hamil atau diduga hamil
2. Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan
3. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
4. Penyakit haid akut (virus hepatitis)
5. Usia > 35 tahun yang merokok
6. Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg)
7. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun
8. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain
9. Keganasan payudaya. (Saifuddin, 2003)

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK KOMBINASI
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Subyektif
1. Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
2. Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan KB suntik kombinasi tersebut antara lain amenorea/ perdarahan tidak terjadi, perdarahan bercak, meningkatnya/ menurunnya BB.
3. Riwayat KB
Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain sebelum menggunakan KB kombinasi dan sudah berapa lama menjadi akseptor KB tersebut.
4. Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
5. Riwayat Menstruasi Lalu
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya haid, sifat darah haid, dysmenorhea atau tidak, flour albus atau tidak.
6. Riwayat Kesehatan dan Riwayat Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi, kanker payudara, DM, dan TBC.
7. Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit jantung, DM, TBC, hipertensi dan kanker payudara.
8. Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas, pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan sehari-hari.
2.2.1.2 Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan, BB, TB, suhu badan, kesadaran.
2. Pemeriksaan Khusus
 Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem, conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
 Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe, adanya bendungan vena jugularis.
 Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
 Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba adanya infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
 Ekstrimitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstrimitas bawah.

2.2.2 Diagnosa dan Masalah
2.2.2.1 Diagnosa
Akseptor KB suntik 1 bulan.
2.2.2.2 Masalah
 Amerorhea
 Spotting
 Meningkat/menurunnya BB
2.2.2.3 Diagnosa Potensial
Tidak ada
2.2.2.4 Tindakan Segera
Tidak ada

2.2.3 Planning
2.2.3.1 Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
Rasional : Klien mengetahui keadaan dan kondisinya.
2.2.3.2 Siapkan alat (spuit, kontrasepsi suntik kombinasi, jarum suntik, kapas alkohol).
Rasional : Alat tersebut diperlukan pada saat injeksi KB suntik kombinasi.
2.2.3.3 Siapkan klien (anjurkan klien tidur miring)
Rasional : Klien merasa nyaman waktu diinjeksi.
2.2.3.4 Siapkan petugas (cuci tangan)
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
2.2.3.5 Berikan injeksi pada daerah gluteal secara 1 M dalam yang sebelumnya dibersihkan dengan kapas alkohol 70%.
Rasional : Didaerah gluteal terdapat muskulus yaitu muskulus maximus.
2.2.3.6 Anjurkan pada klien untuk tidak memijat daerah yang disuntik.
Rasional : Apabila dilakukan pemijatan pada daerah yang disuntik obat akan terlalu cepat diserab.
2.2.3.7 Buang jarum dan spuit dalam kotak/tempat tahan tusuk
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi.
2.2.3.8 Anjurkan pada klien untuk datang/kunjungan ulang 1 bulan lagi.
Rasional : KB suntik kombinasi diberikan dengan interval dengan waktu 1 bulan.
2.2.3.9 Cuci tangan setelah melakukan injeksi
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi.
2.2.3.10 Berikan konseling tentang masalah/keluhan klien
Rasional : Klien mendapatkan penjelasan atas masalahnya dan klien merasa tenang.

2.2.4 Implementasi
Melakukan rencana asuhan kebidanan yang disusun sesuai rencana dan melakukan follow up.

2.2.5 Evaluasi

BAB 3
TINJUAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN
Pada tanggal : ……………… Pukul : 16.30 WIB
3.1.1 Data Subyektif
3.1.1.1 Identitas
Nama : Ny. I Nama Suami : Tn. H
Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : STM
Pekerjaan : - Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : …………………. Surabaya

3.1.1.2 Keluhan Utama
Tidak ada keluhan.

3.1.1.3 Riwayat KB
Klien mengatakan sebelum menggunakan KB suntik ia tidak menggunakan KB lain.

3.1.1.4 Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun Warna : merah
Siklus : 28 hari Sifat : encer
Lama : ± 5 hari Dysmenorea : tidak
Flour albus : tidak

3.1.1.5 Riwayat Obstetri
No. Kehamilan Persalinan Nifas Anak KB Ket
Suami Usia Kehamilan Penyu
lit Peno
long Jenis Penyu
lit Seks BB/PB H M Laktasi

1.
1
9 bln
-
Bidan
Spontan
-
N
Laki-laki

3100/50
1,5th
6 bln
Suntik
1 bln

3.1.1.6 Riwayat Kesehatan dan Penyakit Klien
Klien mengatakan ia tidak menderita penyakit sistemik seperti hipertensi, hepatitis, asma, jantung, ginjal, TBC, maupun kanker payudara.

3.1.1.7 Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit sistemik seperti, hipertensi, hepatitis, asma, jantung, ginjal, TBC, maupun kanker payudara.

3.1.1.8 Pola Kehidupan Sehari-hari
1. Pola Eliminasi
Klien mengatakan BAB 1 x sehari dan BAK ± 6 x/hari, dan tidak ada gangguan.
2. Pola Nutrisi
Klien mengatakan makan 3 x/hari dengan menu sepiring nasi, ikan dan sayur, kadang-kadang makan buah.
3. Pola Istirahat
Klien istirahat ± 10 jam/hari, tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 8 jam.
4. Pola Aktivitas
Klien mengatakan aktivitasnya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.

5. Pola Aktivitas Seksual
Klien mengatakan melakukan hubungan seksual 2 – 3 x/minggu
6. Personal Hygiene
Klien mengatakan mandi 2 x/hari, gosok gigi 3 x/hari.
7. Kebiasaan Sehari-hari
Klien mengatakan ia tidak merokok, tidak minum-minuman beralkohol, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan tidak minum jamu.

3.1.2 Data Obyektif
3.1.2.1 Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis BB : 56 kg
TTV : TD : 120/70 mmHg TB : 155 cm
N : 88 x/menit S : 36oC
RR : 24 x/menit
3.1.2.2 Pemeriksaan Khusus
 Wajah : tidak oedem, conjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada chloasma.
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
 Dada : bentuk payudara simetris, tidak ada massa
 Abdomen : tidak ada pembesaran pada uterus
 Genetalia : tidak ada condilomalata, tidak ada condiloma aquminata, tidak ada infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene, anus tidak ada hemoroid.
 Ekstrimitas : tidak oedem pada ekstrimitas atas maupun bawah serta tidak ada varices pada ekstrimitas bawah.

3.2 DIAGNOSA DAN MASALAH
3.2.1 Diagnosa
Akseptor KB suntuk 1 bulan

3.2.2 Masalah
Tidak ada

3.3 DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada

3.4 TINDAKAN SEGERA
Tidak ada

3.5 PLANNING
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
2. Siapkan alat (spuit, jarum suntik, kontrasepsi 1 bulan, kapas alkohol).
3. Siapkan klien, sarankan untuk tidur miring/tengkurap.
4. Siapkan petugas (cuci tangan), lalu mendesinfeksi bagian yang akan disuntik
5. Berikan injeksi pada bagian/daerah gluteal secara I M, dan melakukan aspirasi terlebih dahulu.
6. Anjurkan pada klien agar tidak memijat bagian yang diinjeksi
7. Spool spuit dengan larutan closin 0.5%, kemudian buang jarum dan spuit
8. Cuci tangan setelah melakukan injeksi
9. Anurkan klien untuk datang/kunjungan ulang 1 bulan lagi yaitu tanggal 19 April 2005.

3.6 IMPLEMENTASI
Tgl/Jam Keterangan Paraf
22-03-06 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien
2. Menyiapkan alat (spuit, jarum, kapas alkohol, kontrasepsi suntik 1 bulan).
3. Menyiapkan klien
4. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
5. Memberikan injeksi pada gluteal secara IM dengan melakukan aspirasi terlebih dulu pada daerah yang telah didesinfeksi
6. Mengajurkan pada klien untuk tidak memijat bagian yang telah diinjeksi.
7. Spuit dispool dengan larutan klorin 0.5% dan membuang pada kotak yang tahan tusuk.
8. Mencuci tangan setelah melakukan injeksi
9. Menganjurkan pada klien untuk datang lagi tanggal
10. Memberikan penjelasan tentang efek samping KB suntik 1 bulan.

3.7 EVALUASI
Tanggal : 22 Maret 2006 Jam : 17.00 WIB
S : Klien mengatakan mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan.
O : Klien dapat mengulang apa yang telah dijelaskan
A : Akseptor KB 1 bulan
P : Berikan injeksi ulang 1 bulan lagi.

BAB 4
SIMPULAN

Dari uraian tentang masalah penerapan manajemen kebidanan dalam memnberikan asuhan kebidanan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Dalam melakukan pengkajian diperlukan komunikasi yang baik dan dapat membangun hubungan saling percaya antara klien dengan bidan.
Dalam menganalisa data dengan cermat maka dapat dibuat diagnosa, masalah dan kebutuhan klien yang sesuai.
Dalam menyusun rencana tindakan asuhan tidak mengalami kesulitan jika ada kerjasama yang baik dengan klien.
Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan prioritas masalah dan disandarkan pada perencanaan tindakan yang disusun.
Hasil evaluasi dan kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian tentang keberhasilan asuhan kebidanan dan pelaksanaan diagnosa.

DAFTAR PUSTAKA

Hartantao, Hanafi, 1994. Kontrasepsi dan Keluarga Berencana. Jakarta.

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Operatif dan Sosial Jilid II. Jakarta : EGC.

Saifuddin, A.B. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wijono, Djoko. 1997. Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan. Surabaya : Airlangga University Press

Askeb Ibu Hamil Dengan Anemia Sedang

IBU HAMIL DENGAN
ANEMIA SEDANG

I.PENGERTIAN


Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, anemia ini termasuk jenis anemia yang pengobatannya relative mudah.

Anemia lebih sering terjadi saat hamil disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat – zat makanan bertambah dan terjadi pula perubahan –perubahan dalam darah (pengenceran darah) dan sum –sum tulang.

Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya pun sangat besar terhadap sumber daya manusianya. Anemia pada saat kehamilan disebut “potential danger to mother and child” potensial membahayakan ibu dan anak). Karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehataan. Pada Pengamatan lebih lanjut menunjukan bahwa zat besi yang dapat di atasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi, khususnya pada daerah pedesaan, karena seringnya dijumpai bumi dengan malnutrisi, persalinan dengan jarak berdekatan, dan bumi yang dengan pendidikan dan tingkat sosial konomi darah.

(ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga Berencana; Manuaba; 1998)


II.Diagonosa Pada Kehamilan

Penegakan DX pada kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa, pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing–pusing, mata berkunang –kunang, dan muntah lebih sering dan hebat pada kehamilan muda.

Sedangkan pemeriksaan HB dan pengawasan HB dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan alat Hb sahli. Hasil pemeriksaan HB dengan dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut :

HB 11 gr % Tidak anemia
9 – 10 gr % Anemia ringan
7 – 8 gr % Anemia sedang
< 7 gr % Anemia berat

( Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana ; 1998)

Pemeriksaan darah pada Bumil dilakukan minimal 2 x selama kehamilan, yaitu pada TM I dan TM III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar Ibu hamil mengalami anemia maka dari itu dilakukan pemberian Preparat Fe sebanyak 90 tablet pada Ibu – ibu di Puskesmas maupun pada bidan praktek swasta.

III.Bentuk – bentuk Anemia


Banyak faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan darah adalah sebagai berikut :

a.komponen (bahan) yang berasal dari makanan terdiri dari :

1. Protein, glukosa, lemak
2. Vitamin B12, asam falat, Vit C
3. Elemen dasar : Fe, Ion Cu, Zink


b.Sumber – sumber tulang

c.Kemampuan reabsorpsi usus terhadap bahan yang diperlukan

d.Umur sel darah merah (eritrosit) terbatas sekitar 120 hari. Sel – sel darah merah yang sudah tua dihancurkan kembali menjadi bahan baku untuk membentuk sel darah yang baru.

e.Terjadinya perdarahan yang kronik (menahun)

1 Menstruasi
2 Penyakit yang menyebabkan perdarahan pada wanita seperti mioma uteri,
Polip Serviks, penyakit darah.

Berdasarkan atas faktor – faktor diatas maka anemia dapat digolongkan menjadi :

1.Anemia defisiensi besi, oleh karena tubuh kekurangan zat besi
2.Anemia Megaloblastik, oleh karena kekurangan Vit B12
3.Anemia Hemolitik, oleh karena pemecahan sel – sel darah lebih cepat dari pembentukannya.
4.Anemia Hipoplastik, oleh karena gangguan pembentukan sel – sel darah. (Ilmu Kebidanan 1994)

IV.Pengaruh Anemia Pada Kehamilan dan Janin

1.Pengaruh anemia terhadap Kehamilan

a. Bahaya selama kehamilan

1.Terjadinya Abortus
2.Persalinan Prematur
3.Hambatan terhadap tumbuh kembang janin dalam rahim
4.Mudah terjadinya Infeksi
5.Ancaman Dekompensasi Cordis (jika HB < 6 gr)
6.Mola Hidatidosa
7.Hiperemesis Gravidarum
8.Perdarahan Antepartum
9.KPD ( Ketuban Pecah Dini )

b. Bahaya saat persalinan

1. Gangguan his kekuatan mengejan
2. Pada kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar
3. Pada kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan
dan sering memerlukan tindakan dan operasi kebidanan.
4. Pada kala III (Uri) dapat diikuti Retencio Placenta, PPH
karena Atonnia Uteri
5. Pada kala IV dapat terjadi pendarahan Post Partum Sekunder
dan Atonia Uteri (Ilmu Kebidanan; Kandungan dan Keluarga Berencana; 1998)

c.Bahaya pada saat Nifas

1. Terjadi Subinvolusi Uteri yang dapat menimbulkan perdarahan
2. Memudahkan infeksi Puerpurium
3. Berkurangnya pengeluaran ASI
4. Dapat terjadi DC mendadak setelah bersalin
5. Memudahkan terjadi Infeksi mamae
6. Terjadinya Anemia kala nifas

2.Pengaruh Anemia Terhadap Janin

Meskipun janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari Ibunya tetapi jika anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Pengaruh – pengaruhnya terhadap janin diantaranya :

a.Abortus
b.Kematian Interauterin
c.Persalinan Prematuritas tinggi
d.BBLR
e.Kelahiran dengan anemia
f.Terjadi cacat kongenital
g.Bayi mudah terjadi Infeksi sampai pada kematian
h.Intelegensi yang rendah ( Ilmu Kebidanan 1994 )

Akeb ANC / Pemeriksaan Kehamilan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keteraturan ANC
2.1.1 Keteraturan
Keteraturan adalah kesamaan keadaan, kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih, keadaan atau hal teratur (Hoetomo, 2005).
Dalam hal ini bagaimana ibu hamil memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan kehamilan.
2.1.2 Keteraturan ANC
Keteraturan ANC adalah kedisiplinan / kepatuhan ibu hamil untuk melakukan pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak.
Kunjungan antenatal untuk pemanfaatan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut :
2.1.2.1 Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu)
2.1.2.2 Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14 – 28)
2.1.2.3 Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)
(Saifuddin, AB, 2002)

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.
Tabel 2.1 Informasi Penting Tentang Kunjungan Antenatal
Kunjungan Waktu Informasi Penting

Trimester pertama Sebelum minggu ke 14

Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
• Mendeteksi masalah dan menanganinya
• Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan
• Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
• Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan sebagainya
Trimester kedua Sebelum minggu ke 28 Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda
Trimester ketiga Antara minggu 28-36 Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda
Trimester ketiga Setelah 36 minggu Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.

2.2 Konsep Dasar Antenatal Care (ANC)ch06_image03trimester1
2.2.1 Batasan Antenatal Care (ANC)
2.2.1.1 Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
2.2.1.2 Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan tahu dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada stiap kunjungan antenatal (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2002).
2.2.1.3 Pemeriksaan kehamilan (ANC) merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Prawiroharjo, 1999).
2.2.1.4 Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil dangan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan bidan. Serta observasi selain pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006).
2.2.1.5 Kunjungan Antental Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan
pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan
kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu dan petugas kesehatan (Henderson, 2006).

2.2.2 Tujuan
Tujuan dari ANC adalah sebagai berikut :
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakti secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempesiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
Menurut Depkes RI(1994) tujuan ANC adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.
Menurut Rustam Muchtar (1998) adalah :
Tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

Tujuan khusus adalah
1. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,persalinan,dan nifas.
2. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini mungkin.
3. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.
4. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Menurut Hanifa Wiknjosastro (1999) tujuan ANC adalah menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.
Sedangkan menurut Manuaba (1998) secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk:
1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, persalinan, dan nifas.
2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, kala nifas.
3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

2.2.3 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Menurut Abdul Bari Saifudin, kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan,dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.
Walaupun demikian, disarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya dengan jadwal sebagai berikut : sampai dengan kehamilan 28 minggu periksa empat minggu sekali, kehamilan 28-36 minggu perlu pemeriksaan dua minggu sekali, kehamilan 36-40 minggu satu minggu sekali (Salmah, 2006).
Sebaiknya tiap wanita hamil segera memeriksakan diri ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Pemeriksaan dilakukan tiap 4 minggu sampai kehamilan. sesudah itu, pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu, dan sesudah 36 minggu (Sarwono, 1999).

Askeb Pada Persalinan Primigarvidatua

LANDASAN TEORI

A. Definisi


Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan ( kekuatan sendiri ). ( I Gde Manuaba )
Primigravida tua adalah usia lebi dari 35 tahun pada kehamilan pertama. ( Askeb pada primigravida tua )
Persalinan primi tua adalah proses persalinan yang pertama kali dialami oleh wanita yang berusia lebih dari 35 tahun.
Primi tua ialah seorang yang pertama kali hamil pada usia 35 tahun/lebih, ada kemungkinan persalinan berlangsung lebih panjang disebabkan cerviks yang kaku atau inertia uteri (kelemahan his) (Obstetri Fisiologi, UNPAD).
Persalinan diusia ini mempunyai resiko karena :
a. Insiden kelainan fetus pada bayi meningkat.
b. Infertilitas yang lampau sering dan waktu yang tersedia untuk kehamilan yang akan datang terbatas.
(Askeb pada primigravida tua)
c. Kecenderungan untuk melahirkan secara secsio caesaria
d. Masalah-masalah dengan Diabetus Mellitus dan Hipertensi.
e. Persalinan yang lebih sulit dan lama. (kehamilan diatas 30 tahun)
Penyulit lain pada primitua adalah hipertensi, myoma uteri, dan ischemia rahim yang dapat menyebabkan hypoksia janin (Obstetri Fisiologi, UNPAD)
Persalinan bagi wanita yang berusia 30 – 40 tahun akan lebih lama dibandingkan dengan wanita yang berusia di bawah 30 tahun. Karena serviks pada wanita yang berusia 30-40 tahun tidak berdilatasi secara mudah seperti pada wanita yang berusia di bawah 30 tahun. Kontraksi rahim tidak secepat yang terjadi pada wanita yang berusia di bawah 30 tahun dan perdarahan post partum pada wanita yang berusia diatas 30 tahun mungkin berlangsung lebih lama dan lebih banyak. (kehamilan di atas 30 tahun)
Wanita yang berusia diatas 30 tahun mungkin juga akan mengalami kesulitan untuk hamil. Kalaupun hamil wanita usia ini mempunyai kesempatan 5% untuk melahirkan bayi dengan kelainan kromosom. (kehamilan di atas 30 tahun)